INILAHCOM, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian angkat bicara terkait video hoax ricuh di depan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), disaat yang bersamaan Polri menggelar simulasi pengamanan sengketa Pemilu 2019 di MK. Tito menyebut itu sebagai salah satu bagian black Campaign.
"Yang kita tangkap di Jaksel itu ada seseorang yang diduga lihat viral di media-media simulasi pengamanan di MK tahun sebelumnya itu dibuat simulasi, ada masa yang anarkis kemudian polisi bersama aparat lainnya melakukan langkah secara bertahap dari soft sampai tindakan keras itu dilatihkan pelatihan. Ini divideokan dan direcycle (disebar) lagi seolah ada kerusuhan di istana," kata Tito di Mabes Polri, Senin (17/9/2018).
Tito mengatakan penyebaran video itu telah membuat resah masyarakat yang seolah-olah simulasi pengamanan menjadi ricuh. Padahal, video itu terjadi pada 2014 lalu.
"Nah ini namanya black campaign, itu bisa dipidana pelanggaran UU ITE bisa juga, Pencemaran nama baik, bisa juga fitnah," jelas Tito.
Sebelumnya, video tersebut sempat beredar di media sosial hingga WhatsApp Group pada Jumat, 14 September lalu. Di hari yang sama Polri dan TNI melakukan simulasi pengamanan gedung MK menjelang Pemilu 2019.
Polisi telah menangkap 4 orang dalam kasus ini. Keempatnya yakni SAA, GUN, YUS, dan NUG ditangkap di lokasi berbeda-beda. Para pelaku memposting dan menyebar video hoax ricuh di MK melalui akun Facebook.
Polri menyatakan video itu sengaja 'digoreng' guna memunculkan isu adanya kericuhan, padahal Polri sedang melakukan simulasi pengamanan jelang Pemilu 2019. [ton]
https://nasional.inilah.com/read/detail/2480371/polri-sebut-video-hoax-ricuh-di-mk-black-campaign
No comments:
Post a Comment